The Stoic Happiness Triangle: Mencapai Kebahagiaan dengan Hidup Produktif!

Selly
7 min readMar 18, 2021

--

Hai Perseners!

Gue yakin selama study from home ini tugas yang diberikan dosen ataupun guru semakin berlapis-lapis kayak kue lapis! Lo semua pasti setidaknya pernah ngalamin di mana lo udah lega selesai satu tugas, tapi gak lama kemudian terbitlah penugasan yang baru. Aduh, pusing banget!

Eh, tunggu!

Lo pernah gak, sih ngeliat orang lain atau temen deket lo sendiri nugas, tuh kayak sesuatu hal yang menyenangkan bagi mereka sedangkan lo sendiri melihat tugas baru ini sebagai suatu beban yang tidak berkesudahan? Lo akhirnya bertanya-tanya dan muncul keinginan “Gue mau, deh kayak dia yang bisa produktif dan menikmati prosesnya dengan bahagia!”

Ok sebelum gue lanjut, kenalin gue Selly, salah satu associate writer dari Education Rangers Satu Persen dan kali ini gue mau bantu lo semua keluar dari zona nyaman. Gue mau ajak lo semua jadi lebih produktif dari biasanya dan tentunya lo bakalan dibuat bahagia seiring meningkatnya keproduktifan lo.

The Stoic Happiness Triangle

Mengenal The Stoic Happiness Triangle

Marcus Aurelius mengatakan setiap manusia punya keinginan dalam dirinya untuk selalu berkembang demi mencapai kebahagiaan secara utuh. Temen lo yang bahagia dengan tugasnya bisa dibilang udah berada di State of Flow. Hal tersebut pernah dibahas lengkap di channel Satu Persen di bawah ini.

Menyambung perkataan Marcus sebelumnya, ada cara untuk kita bisa produktif sekaligus mencapai kebahagiaan secara penuh, yaitu dengan menerapkan Segitiga Kebahagiaan Stoic (The Stoic Happiness Triangle).

1. Live with arete

Hah, maksudnya tinggal dengan Arete? Siapa Arete? Bukan kayak gitu teman-teman. Jadi, arete ini diambil dari bahasa Yunani yang artinya mengekspresikan versi terbaik diri kita dari waktu ke waktu. Sederhananya, kita upgrade terus kemampuan kita sampai bener-bener melampaui batas yang kita kira.

Masih bingung? Ok, gue kasih contoh. Ibaratnya ada dua garis, satu garis adalah target yang ingin lo capai dan satu garis lainnya adalah hal yang lo lakukan sebagai aktualisasi dari rencana tersebut. Misal, lo hari ini ada target bisa ngerjain 5 dari 20 latihan soal utbk yang bobot soalnya sulit. Ternyata, lo di hari itu mampu menyelesaikan 10 soal. Akhirnya, lo merasa tertantang dan masang target baru yang lebih tinggi di setiap harinya buat mencapai garis batas di atas lo. Alhasil, ketika lo ikut utbk lo udah gak ambil pusing karena udah familiar dengan soal-soal yang ada.

2. Fokus dengan hal yang bisa dikendalikan

Epictus pernah berkata bahwa pendidikan yang layak adalah belajar untuk memanfaatkan sebaik-baiknya hal yang masih bisa kita kendalikan.

Setiap manusia punya potensi alami yang dimiliki dan tentunya masih bisa dikembangkan. Sayangnya, tanpa disadari kitalah yang kerap mencegah diri kita buat berkembang.

Lo tahu gak kenapa kita setiap kali dikasih tugas yang baru reaksinya ngeluh, gak termotivasi, dan merasa terbebani? Gue yakin baik di sekolah gue maupun temen sekalian gak pernah diajarin gimana caranya menikmati proses pembelajaran. Kita dari dulu sampai sekarang tanpa disadari cuma diajarkan, “pokoknya nilai harus bagus!”.

Ketika lo terfokus untuk menggapai tujuan, lo otomatis akan mengabaikan proses. Buktinya udah sering banget kita temui di waktu ujian. Kita jadi gak produktif karena pola pikir yang sesat, yaitu mengandalkan sontekan.

Alhasil muncul, tuh kata-kata, “Ya udah yang dilihat cuma nilai bukan proses? Ngapain capek-capek belajar mending nyontek aja.”

Eitss, temen-temen jangan ditiru, ya! Hal ini sama aja kayak kalian loncat ke black hole alias kalian sama aja ngehancurin diri kalian sendiri.

Temen-temen kita harus sadar bahwa satu-satunya hal yang bisa kita kendalikan ialah kemampuan di dalam diri. Sementara itu, hasil akhir terjadi sebagaimana mestinya. Nah, untuk itu ada baiknya kita mulai meningkatkan daya ingat untuk memudahkan proses belajar.

Baca Juga : Daya Ingat Mencegah Pikun Dini https://satupersen.net/blog/daya-ingat-mencegah-pikun-dini

3. Berani bertanggung jawab

Percaya, gak kalau setiap harinya kita hidup sama kayak game? Kita diberi bermacam pilihan dan pilihan yang dipilih adalah pilihan terbaik. Tapi ternyata gak semua pilihan yang kita pilih baik, lho! Kita bisa saja memilih produktif daripada prokrastinasi, tapi karena kebetulan kita lagi capai, akhirnya kita memilih untuk prokrastinasi. Sekali dua kali, sih gak apa-apa, tapi kalau keterusan bahaya juga.

Baca Juga : Cara Menghilangkan Kebiasaan Menunda Prokrastinasi https://satupersen.net/blog/cara-menghilangkan-kebiasaan-menunda-prokrastinasi-adalah

Pada dasarnya setiap pilihan yang lo pilih akan berpengaruh dengan hal yang akan lo lakukan, termasuk keproduktifan. Sama yang dikatakan Epictus, gak ada yang namanya hal baik dan buruk kecuali kalau kita memilih untuk menjadikannya demikian.

Jangan-jangan lo selama ini terjebak atas pilihan yang lo buat? Lo sebenarnya bukan gak bisa produktif, tapi diri lo yang gak memilih untuk melakukan hal produktif sebagai suatu prioritas teratas. Ayo, mulai sekarang mulai bertanggung jawab dengan pilihan lo sendiri, ya!

Cara sederhana memulai hidup produktif dengan menerapkan The Stoic Happiness Triangle

1. Ingat tidak semua momen kekal!

Segala sesuatu berubah dengan cepat dan tanpa disadari banyak hal yang kita lewati begitu saja. Oleh karena itu, mulai sekarang kita harus jauh lebih menghargai setiap momen yang ada dengan mengingat hal tersebut gak akan terulang untuk kedua kalinya.

Gak apa-apa kalau lo selama berbulan-bulan lelah harus ngulang rutinitas yang sama, kayak setiap hari harus nugas, ujian, atau mungkin sampai nyicil materi untuk masuk ke perguruan tinggi. Lo harus inget hal kayak gitu gak akan pernah terulang untuk kedua kalinya. Jadi, sebaiknya lo manfaatkan waktu yang ada biar gak nyesel nantinya.

2. Selesaikan setiap rencana!

Mempersiapkan daftar rutinitas dari pagi sampai malem gak ada salahnya. Ada dua hal yang sering kali jadi suatu kekeliruan dalam perencanaan lo untuk menyiapkan hari.

Hal tersebut ialah kalau lo malah jadi keteteran dengan mencantumkan to-do-list yang kebanyakan atau malah lo udah buat seringkas mungkin, tapi waktunya banyak dihabisin sama waktu istirahatnya. Misal, “Nonton dulu, ah. Lagian tugasnya tinggal satu paragraf!”

Ya, itupun kalau bener dilanjut. Gimana kalau malah jadi keasyikan nonton sampai tugasnya yang tinggal sedikit itu terabaikan?

Nah, jangan pernah ambil waktu istirahat di tugas yang “nanggung”, ya! Selagi lo masih punya tenaga yang cukup buat menyelesaikan tugas tersebut, selesaikan!

3. Ubah penilaian dalam melihat sesuatu!

Sering kali kita merespons sesuatu menjadi negatif karena kita sudah menilai sesuatu tersebut sebelumnya. Sebenarnya lo gak akan terusik dengan adanya tugas baru, hanya saja lo udah ngasih opini atau penilaian pribadi lo ke tugas tersebut dengan cara yang negatif. Kalau lo sebelumnya udah berpikiran tugas adalah sumber stress maka seterusnya ketika lo dikasih tugas yang baru lo bakalan overwhelming.

Beda halnya kalau lo menanamkan mindset, “Wah, tugas baru! Gue merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas ini!”

Lo bakalan excited setiap ada tugas baru dan merasa hal tersebut adalah sesuatu yang menyenangkan.

Cara memulai hidup produktif dengan prinsip The Stoic Happiness Triangle

Manfaat yang akan didapat kalau lo udah membiasakan diri menerapkan The Stoic Happiness Triangle

Akan ada banyak manfaat tentunya yang gak bisa gue sebutkan secara keseluruhan. Jadi, gue akan sebut manfaat yang bisa lo raih, khususnya di bidang pendidikan. Kalau lo udah mampu melibatkan The Stoic Happiness Triangle ini ke seluruh kerjaan lo, gue bisa menjamin manfaat yang lo capai, di antaranya:

1. Growth Mindset

Sejak lebih terfokus pada pengembangan diri, lo lebih yakin dan percaya diri. Lo bakalan jadi pribadi yang gak akan bersikap pasrahan. Nih, misal, lo hari ini ada ujian mendadak dan lo sama sekali belum belajar. Alhasil, nilai lo udah sama kayak telur ayam di kulkas. Eh, tapi lo udah paham sama The Stoic Happiness, lo punya growth mindset, akhirnya lo coba evaluasi diri buat gak mengulang kesalahan yang sama. Sebaliknya, kalau lo tim pasrahan reaksi lo bakal, ya pasrah sama nilai tadi dan gak mau belajar dari kesalahan.

2. Goals pendidikan tercapai

Gak ada lagi di pikiran lo yang namanya “yang penting di atas KKM”. Kenapa? Karena dengan lo menerapkan The Stoic Hapiness Triangle, lo punya target yang selalu meningkat. Lo gak akan gampang puas dan terus mengevaluasi diri lo buat lebih baik dari hari sebelumnya.

3. Belajar jadi suatu hal yang bukan tuntutan

Setiap pilihan ada tanggung jawab yang lo sadari lo harus pegang. Akibat kesadaran itu muncul, lo melihat belajar memang menjadi suatu kebutuhan sebagai guideline lo dalam menjalani lika-liku kehidupan. Jadi, lo gak akan punya mindset belajar cuma pas ada ulangan atau terpaksa karena tuntutan kurikulum.

Gue sangat menyarankan lo untuk baca buku “The Little Book Of Stoicism” karya Salzgeber buat menjawab pertanyaan lo lebih dalam mengenai Segitiga yang bikin kita produktif sekaligus bahagia ini . Tapi kalo lo tipe orang yang males baca dan lebih nyaman untuk tanya langsung ke ahlinya, ada baiknya lo ikut layanan mentoring di Satu Persen! Lewat sesi mentoring, lo bakal diarahkan sama mentor Satu Persen yang tentunya akan membantu lo untuk menemukan metode seperti apa yang cocok buat lo biar bisa jauh lebih produktif!

Lo bisa langsung ikut layanan mentoring dari Satu Persen dengan klik layanan mentoring di link satu.bio/formermaret2021 atau https://satupersen.net/layanan/konsultasi/konseling

Gak cuma lewat mentoring, lo juga bisa ikut tes online gratis dari Satu Persen buat tahu lebih lanjut tentang kepribadian MBTI dan konsultasi yang paling sesuai dengan kebutuhan lo melalui link https://satupersen.net/quizzes

Yuk jalani #HidupSeutuhnya dengan menjadi lebih baik lagi, setidaknya kita berkembang ke arah yang lebih baik Satu Persen setiap harinya! #EducationRangerSatuPersen

Referensi:

Salzgeber, Jonas. 2019. The Little Book of Stoicism: Timeless Wisdom to Gain Resilience, Confidence, and Calmness. Inggris: Jonas Salzgeber.

Referensi gambar:

Gambar oleh Anthony Shkraba dari Pexels

Gambar oleh Anna Shvets dari Pexels

--

--

Selly
Selly

Written by Selly

currently studying communication in padjajaran university

No responses yet